Jumat, 29 Maret 2019

Donor Darah, Khitan Massal dan Cek Kesehatan Gratis Dalam Rangka HUT ke-73 Persandian RI dan Bulan Bakti Keamanan Siber.





Dalam rangka HUT ke-73 Persandian RI dan Bulan Bakti Keamanan Siber, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengadakan kegiatan  donor darah, khitan massal dan cek kesehatan secara gratis. Acara dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2019 bertempat di komplek Museum Sandi Jl. Faridan M. Noto Kotabaru, Yogyakarta pukul 08.00 sampai 13.00 WIB. Kegiatan ini dibuka oleh Kasubdit Perlindungan Keamanan Informasi Publik Bapak Nur Iskandarsyah. Acara ini ditujukan kepada seluruh masyarakat Yogyakarta sebagai bentuk kepedulian sosial BSSN kepada warga Yogyakarta, dimana cikal bakal terbentuknya Persandian RI lahir dari kota Yogyakarta. Selain itu acara ini juga sebagai sarana mempromosikan Museum Sandi dan lebih mendekatkan BSSN kepada masyarakat. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kembali kepedulian sosial diantara sesama serta menguatkan budaya gotong-royong yang sudah tumbuh didalam masyarakat.
            Khitanan masal dihadiri 42 orang peserta sedangkan donor darah dihadiri 150 orang peserta yang datang dari seluruh Yogyakarta. Panitia juga mengundang beberapa mitra BSSN antara lain Forkomsanda DIY, TNI, Polri, Kejaksaan, Pemda DIY, Pemkot dan Pemkab. Kegiatan Donor darah bekerjasama dengan PMI kota Yogyakarta sedangkan cek kesehatan bekerjasama dengan Kimia Farma. Untuk pelaksanaan sunat masal, BSSN menggandeng Rumah Sunat Jogja RH Medika dengan metode yang ditawarkan antara lain metode Alis Klamp, laser dan konvensional.
            Untuk membuat para peserta khitan masal lebih rileks dan terhindar dari perasaan tegang, panitia menampilkan hiburan sulap professional dan fun games sebagai sarana hiburan yang banyak digemari anak-anak. Selain itu ada juga hiburan elektone yang menampilkan penyanyi lokal Yogyakarta. Ditengah acara diisi edukasi tentang persandian oleh edukator Museum Sandi dan penjelasan metode khitan Alis Klamp oleh petugas dari Rumah Sunat Jogja RH Medika.

Selasa, 26 Februari 2019

Bakti Sosial Donor Darah persembahan dari BSSN




Dalam rangka HUT ke-73 Persandian RI dan Bulan Bakti Keamanan Siber.
BSSN mengadakan Acara Donor darah. Yuk ikut berpartisipasi pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 28 Maret 2019
Tempat : Aula Museum Sandi
Mari Donor darah, setetes darah kita berarti bagi mereka.

#donordarah #donordarahjogja #museum #museumsandi #forkomsanda #sms #jogja #yogyakarta #baksos #baktisosial #museumdihatiku #bssn #pmi #pmijogja #hutpersandian #hutsandi #sahabatmuseumsandi

Khitan Massal Gratis persembahan BSSN RI




Dalam rangka HUT ke-73 Persandian RI dan Bulan Bakti Keamanan Siber. BSSN mengadakan Acara Khitanan Massal gratis nih. Yuk ayah bunda, daftarkan putra anda untuk mengikuti sunat massal tanggal 28 Maret 2019 yang bertempat di @museum.sandi, metode khitan yang digunakan menggunakan teknologi dari Turki loh, yaitu Alis Klamp tanpa jahitan, tanpa perban, bebas kena air dan adik adik bisa langsung aktivitas mandi seperti biasa loh, alat yang digunakan pun higienis sekali pakai.
Selain menggunakan teknologi Alis Klamp, bisa juga menggunakan laser atau metode konvensional ya, nanti adik adik bisa memilih.

Yuk bantu share ya, siapa tau rekan anda atau orang sekitar anda ada yang butuh informasi ini.
Share informasi bermanfaat nambah pahala loh :) Jangan lupa event ini GRATIS ya adik adik, tidak dipungut biaya sepeserpur, sampai ke tahap konsultasi juga. 
Untuk pendaftarannya bisa contact nomer di atas. 
Terima Kasih.

#khitan #sunat #khitanmassal#sunatmassal #khitangratis #sunatgratis#sunatjogja #khitanjogja #bssn #jogja#jogjakarta #yogyakarta #baktisosial#museum #share #lawanhoax#museumsandi #baksos #sahabatmuseum#sd #sleman #bantul #gunungkidul#kulonprogo #parangtritis #gratis

Selasa, 19 Februari 2019

Mengapa ada museum sandi ? kenapa kurang hits ?




Ada beberapa moment dari yang penulis alami, penulis bertemu dengan masyarakat lokal jogja dan membuka percakapan tentang Museum Sandi, ternyata masih banyak juga masyarakat yang tidak tahu menahu keberadaan museum yang menyimpan informasi sejarah ini. Sungguh disayangkan ya, jejak para pahlawan yang sangat berjasa dalam usaha mempertahankan kemerdekaan hampir tidak dikenal orang.

Penulis tidak heran bertemu dengan hal seperti ini, mengingat latar belakang institusi induk dari Museum Sandi adalah Lembaga Sandi Negara atau yang sekarang berubah nama menjadi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). BSSN pun tidak serta merta pembentukannya dengan nama yang sudah seperti sekarang, pertama kali dibentuk pada tahun 1946 badan ini diberi nama Kode Kamer di bawah komando Dr. Roebiono Kertapati. Berkat kecerdasan dan daya intuisi beliau yang bisa dikatakan di atas manusia biasa, kemampuan Dr. Roebiono pada masa itu banyak sekali berjasa bagi bangsa Indonesia.

Kode Kamer sendiri termasuk badan yang bekerja dengan sifat sangat sangat rahasia, bahkan agen agen officer atau seringkali disebut dengan sandiman. Terkadang dalam tugasnya tak jarang mereka harus menyamar atau menutup jati diri mereka. dr. Robieno sendiri pun di rumah memiliki ruang kerja khusus, yang hanya beliau saja yang boleh memasuki ruangan tersebut. Ditambah lagi Kode Kamer memiliki semboyan "Berani Tidak Dikenal". Hal ini berdampak juga, beberapa dekade ke depan Lembaga ini masih menjaga kerahasiaan informasi tentang job describe nya. Bahkan keberadaannya sebisa mungkin disembunyikan dari khalayak ramai. 

Zaman sudah mulai berubah, era pensil kertas mulai tergantikan dengan dunia digital. Penyebaran informasi dapat dilakukan dalam hitungan menit, bahkan detik dengan jangkauan yang tak terbatas. Indonesia tidak lagi menghadapi perang secara fisik lagi, meskipun tak menampik masih ada insiden pemberontakan di daerah yang masih terjadi. Kita menghadapi era berbasis IT, dimana sering terjadi banjir data dimana mana. Baik itu yang bersifat informasi yang informatif maupun hoax. 

Setelah menjelma menjadi BSSN, tugas Sandi Negara sekarang lebih kompleks untuk mencegah, mengawasi dan mengamankan seluruh aset digital negara. Serta memberikan edukasi kepada masyarakat untuk lebih bijak menggunakan piranti yang bersifat online. Tentunya hal ini butuh kesadaran masyarakat untuk bisa berpikir ulang sebelum melakukan share terhadap suatu berita, dan tidak mudah tersulut berita hoax yang sifatnya profokatif memecah belah persatuan bangsa.

Di paragraf terakhir, dapat disimpulkan Museum sandi merupakan salah satu ujung tombak dari Badan Siber dan Sandi Negara untuk berhadapan langsung dengan masyarakat dan memberikan edukasi seluas-luasnya. Menginjak usia ke sekian dari museum sandi yang sudah berdiri sendiri (lepas dari kompleks museum perjuangan)  BSSN berharap, museum menjadi salah satu kaki tangan yang dapat menyentuh langsung masyarakat melalui seni dan budaya.

Jumat, 15 Februari 2019

Sejarah Museum Sandi Negara




    Badan Siber dan Sandi Negara melestarikan nilai-nilai sejarah perjuangan insan persandian sebagai bagian integral perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam bentuk museum. Museum yang kemudian diberi nama Museum Sandi tersebut digunakan sebagai media penanaman nilai patriotisme dan nilai kejuangan kepada generasi muda. Museum Sandi dibangun atas prakarsa bersama antara Kepala Lembaga Sandi Negara RI, Mayjen TNI Nachrowi Ramli dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tahun 2006.







       Oleh Kepala Lembaga Sandi Negara, Mayjen TNI Nachrowi Ramli, gagasan tersebut disambut baik dan segera ditindaklanjuti dengan membentuk sebuah tim Pengisian Koleksi Persandian di Museum Perjuangan Yogyakarta, yang kemudian berkembang dan dikenal dengan nama Tim Museum Sandi.

   Tim Museum Sandi kemudian segera melaksanakan tugasnya yang dimulai dari pertengahan tahun 2006, beriringan dengan rencana pembangunan Monumen Sandi di Dukuh, Kulonprogo, Yogyakarta. Akan tetapi, kegiatan pembangunan Museum Sandi sempat mengalami kendala yang disebabkan oleh musibah gempa bumi yang melanda Propinsi DIY pada tanggal 27 Mei 2006. Gempa bumi tersebut telah mengakibatkan kerusakan fisik yang cukup berat pada Museum Perjuangan Yogyakarta. Akhirnya, berkat komitmen dan dukungan dari berbagai pihak, Museum Perjuangan dapat direnovasi kembali. Puncaknya pada tanggal 29 Juli 2008. Namun dengan berkembangnya koleksi dan fasilitas, Museum Sandi dipindahkan ke daerah Kotabaru Yogyakarta, tepatnya di jalan Faridan Muridan Noto 21, dan dibuka secara resmi oleh Kepala Lembaga Sandi Negara RI Mayor Jenderal TNI. Dr. Djoko Setiadi, M.Si. bersama dengan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono X dan KGPAA Paku Alam IX pada hari Rabu tanggal 29 Januari 2014.

      Untuk menjawab tantangan yang ada, maka pendirian Museum Sandi memiliki tiga tujuan luhur, yaitu:
1. Untuk menampilkan dan memelihara koleksi sandi yang bernilai sejarah guna menambah pengetahuan dan wawasan pengunjung tentang dunia persandian;
2. Museum sandi sebagai wahana dan media pembelajaran bagi masyarakat, khususnya generasi muda mengenai peranan persandian dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan negara kesatuan republik indonesia, dan
3. Museum sandi merupakan sarana sosialisasi persandian kepada masyarakat luas.

     Secara garis besar, tugas dari Tim Museum Sandi dari tahun 2006 sampai dengan peresmian, sebagai berikut :

  • Pengumpulan data dan informasi untuk koleksi Museum Sandi, melalui wawancara dengan para pelaku sejarah persandian, studi pustaka, studi banding ke berbagai museum dan penyelenggaraan Seminar Sejarah Persandian
  • Pengumpulan dan pemilihan koleksi Museum Sandi
  • Pembuatan sarana dan prasarana pameran Museum Sandi
  • Pembuatan perjanjian kerjasama antara Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) dengan Departemen Kebudayaan dan pariwisata (Depbudpar)
  • Penyusunan dan penataan koleksi Museum Sandi di ruang pamer.

       Saat ini Museum Lembaga Sandi Negara berada dibawah pengawasan Bagian Humas dan Kerjasama (Bagian Humajas), Biro Perencanaan, Hukum, Kepegawaian dan Hubungan Masyarakat (Biro PHKH), Sekretariat Utama, Lembaga Sandi Negara.






        Museum ini menempati bangunan cagar budaya berarsitektur belanda yang pada kurun tahun 1947 digunakan sebagai kantor Kementerian Luar negeri. Selain berisi ilmu mengenai sejarah persandian pada masa Agresi Militer Belanda I dan II, museum ini juga mengenalkan cara membuat pesan sandi sederhana menggunakan pensil dan kertas. Museum ini memuat sejarah pendirian institusi pengamanan berita rahasia pada awal kemerdekaan Indonesia oleh Bapak Persandian Indonesia - dr. Roebiono Kertopati. 

Kamis, 14 Februari 2019

Sejarah Persandian Indonesia






Lembaga Sandi Negara atau sekarang disebut dengan Badan Siber dan Sandi Nasional yang cikal bakalnya terbentuk dari tahun 1946 memiliki sejarah yang panjang. Jika kita ingin menelusuri lebih jauh tentang sejarah lembaga yang bersifat rahasia ini. Kita akan kembali pada setahun setelah indonesia merdeka yaitu tepatnya pada tahun 1946.

Ditengah dentuman meriam dan senapan yang meliputi masa revolusi fisik pada awal 1946, maka tanpa suara-suara heroik revolusioner berlangsung kegiatan yang hampir tidak dikenal kegiatan serta namanya. Kegiatan itu adalah usaha mengamankan pemberitaan Pemerintah Republik Indonesia yang khususnya dilewatkan pada sistem telekomunikasi. Kegiatan itu dinamakan kegiatan Persandian.

Pada tanggal 4 April 1946 jam 10.00 pagi WIB. Menteri Pertahanan yang saat itu dijabat oleh Amir Syarifuddin, menugaskan Kolonel Dr. Roebiono Kertopati untuk mendirikan sebuah badan persandian nasional. Perwira menengah tersebut pada waktu itu menjabat sebagai dokter (medis) di Kementrian Pertahanan Bagian B (Intelijen). Maka dibentuklah “Dinas Kode” Kementerian Pertahanan pada tanggal 4 April 1946, yang kemudian melembaga menjadi “Djawatan Sandi” dengan Surat Keputusan Menteri Pertahanan nomor 11/MP/1949 pada tanggal 2 September 1949. Dalam konteks lintasan sejarah inilah, tanggal 4 April ditetapkan sebagai Hari Persandian Republik Indonesia.

Melalui SK Presiden RIS nomor 65/1950, pada tanggal 14 Februari 1950, terjadi pemisahan struktur organisasi persandian dari Kementerian Pertahanan, yang berada langsung di bawah Presiden. Pada 22 Februari 1972 menjadi “Lembaga Sandi Negara” dengan Keppres No. 7/1972. Sejalan dengan konsolidasi/penataan struktur kelembagaan Pemerintah, terjadi perubahan landasan hokum Lembaga Sandi Negara, berturut-turut pada 18 Juli 1994 dengan Keppres Nomor 54/1994, pada 7 Juli 1999 dengan Keppres Nomor 77/1999, dan terakhir dengan Keppres Nomor 103/2001.


Lembaga Sandi Negara sudah mengalami 6 (enam) masa kepemimpinan, dimulai dari Mayor Jenderal TNI Dr. Roebiono Kertopati dari tahun 1946-1984, diikuti kepemimpinan Laksamana Muda TNI Soebardo dari tahun 1986-1998, selanjutnya oleh Laksamana Muda TNI B.O. Hutagalung dari tahun 1998-2002, lalu Mayor Jenderal TNI Nachrowi Ramli, S.E. dari tahun 2002-2008, kemudian dari tahun 2009-2011 dibawah kepemimpinan Mayor Jenderal TNI Wirjono Budiharso, S.IP, dan sekarang dipimpin oleh Mayor Jenderal TNI Dr. Djoko Setiadi, M.Si.

#museumsandi